Kamis, 30 Maret 2023

Selasa, 16 Maret 2021

5 Alasan Kenapa Harus Nonton Vincenzo, Drakor Baru Song Joong Ki


Aktor tampan Song Jong Ki kembali ke layar kaca, Gais. Kali ini, mantan suami Song Hye Kyo itu dipercaya membintangi drama action berjudul Vincenzo.

Vincenzo sudah banyak ditunggu-tunggu penggemar drakor nih. Selain diperankan Song Joong Ki, drama yang tayang di tvN ini memiliki alur cerita yang unik dan enggak biasa.

Nah, bagi pencinta drakor, jangan sampai lewatkan drama ini ya. Simak 5 alasan kenapa kamu harus nonton drama Vincenzo berikut ini:

1. Diperankan deretan aktor terkenal

Drama Vincenzo banyak ditunggu-tunggu penggemar karena menggaet deretan aktor yang terkenal. Beberapa di antaranya adalah Song Joong Ki, Jeon Yeo Bin, dan Taecyeon.

Dalam drama ini, Song Joong Ki bertransformasi menjadi Vincenzo, seorang pengacara Italia sekaligus penasihat mafia. Vincenzo dikenal memiliki metode khusus untuk membalas dendam kepada orang-orang yang menjatuhkannya.

Untuk menghukum para penjahat, Vincenzo bekerjasama dengan Hong Cha Young (Jeon Yoe Bin) dan Jang Joon Woo (Ok Taecyeon). Interaksi ketiga aktor ini paling banyak ditunggu penggemar.

2. Cerita yang tak terduga

Drama ini akan menggambarkan bagaimana seorang pengacara mafia dari Italia berubah menjadi anti-pahlawan. Vincenzo akan menghadapi penjahat dengan kejahatan yang lebih jahat.

"Istilah 'fia' banyak digunakan dalam berita. Berbagai organisasi gelap menggunakan kata 'mafia'. Sambil menonton berita, saya tiba-tiba membayangkan bahwa mafia menjadi satu-satunya yang bisa menghentikan mereka," kata Park Jae Bum, penulis cerita drama ini, dikutip dari Soompi.

Cerita di drama korea Vincenzo tidak bisa diprediksi karena di luar dugaan. Selain itu, alur ceritanya tak hanya menegangkan, tapi juga dibumbui adegan komedi.

3. Drama rasa film

Di penayangan episode perdananya, drama Vincenzo berhasil menarik perhatian pecinta drakor. Tak sedikit yang bilang drama ini lebih cocok tayang di bioskop.

Salah satu alasannya adalah adegan per adegan yang dibuat dengan visualisasi sempurna bak film blockbuster. Selain itu, wajah tampan Song Jong Ki berhasil memukau penonton sepanjang drama.

"Aku sepanjang menontong episode pertama: dia (Song Jong Ki) sangat tampan," tulis seorang netizen.

"Aku belum menontonnya, tapi melihat dari foto-foto, sepertinya drama ini menghibur," ujar yang lain.

4. Kolaborasi penulis dan sutradara terkenal

Sutradara Kim Hee Won akan memegang kendali drama TvN ini. Kim Hee Won pernah mengerjakan proyek terkenal seperti The Crowned Clow dan Money Flower.

"Karena Vincenzo adalah karakter yang dulit ditemui dalam drama Korea, kami melakukan yang terbaik untuk menggambarkan perbedaan dan sesuatu yang tidak lazim secara bersamaan," ujar Kim Hee Won.

Selain Kim Hee Won, penulis Park Jae Bum juga ambil bagian dalam drama ini. Park Jae Bum terkenal sebagai penulis sederet drama populer, seperti The Fiery Priest dan Good Doctor.

Vincenzo menjadi karya baru Park Jae Bum yang menunjukkan esensi komedi gelap. Ia dikenal pandai menangkap momen unik serta menyampaikan pesan tajam di dalam pengembangan plot cerita.

5. Biaya produksi fantastis

Drama Vincenzo mengangkat latar cerita dari negara Italia. Kim Hee won menjelaskan bahwa di menginginkan karakter yang unik dalam drama ini.

"Aku ingin karakter utama menjadi orang dari luar negeri dan orang yang asing, sehingga bisa ada dua jenis komedi dan chemistry baru yang muncul dari dua hal tersebut," ujar Kim Hee Won, dilansir South China Morning Post.

Vincenzo mengeluarkan biaya sekitar 20 miliar won atau setara Rp254 miliar. Biaya ini begitu fantastis untuk memproduksi sebuah drama.

Share:

Minggu, 14 Maret 2021

Ini 5 Alasan Wajib Nonton Drama Korea "Mouse" yang Dibintangi Lee Seung Gi

sumber : google

Baru tayang empat episode tapi drama korea Mouse sudah sukses mencuri perhatian penonton. Ada banyak hal menarik yang bisa jadi alasan Anda untuk ikutan menonton drakor yang satu ini.

Sebelum menyaksikan episode terbarunya, coba intip 5 alasan untuk menonton drama Korea Mouse yang dibintangi oleh Lee Seung Gi di bawah ini!

1. Comeback Lee Seung Gi setelah 2 tahun
Setelah vakum selama 2 tahun pasca membintangi drama Korea Vagabond (2019), Mouse adalah drama Korea comeback Lee Seung Gi. Lee Seung Gi kali ini akan berperan jadi seorang polisi muda yang punya pendirian teguh dan selalu mencari keadilan bernama Jung Ba Reum.

2. Dilengkapi deretan aktor dan aktris Korea terbaik
Selain Lee seung Gi, drama Korea Mouse juga dibintangi oleh deretan aktor dan artis korea terbaik, mulai dari Lee Hee Joon, Park Joo Hyun, Kyung Soo Jin, dan Ahn Nae Sang.


sumber : google

3. Gabungan genre kriminal dan misteri
Drama Korea Mouse menggabungkan genre kriminal dan misteri di dalamnya. Membuat drakor yang satu ini bisa jadi tontonan seru untuk Anda yang tidak suka drama romantis atau komedi.

Drakor ini bercerita tentang kehidupan seorang polisi muda bernama Jung Ba Reum yang mengalami perubahan drastis usai bertemu dengan seorang psikopat kejam yang melakukan pembunuhan. Bersama dengan rekannya, Jung Ba Reum berusaha menangkap sosok psikopat tersebut.

4. Terinspirasi kisah nyata
Cerita drama Korea Mouse terinspirasi oleh kisah nyata yang terjadi di tahun 2017. Kalau itu ada kasus pembunuhan anak SD oleh seseorang yang memiliki gen berbeda dari manusia biasa. Pelaku pembunuhan itu memiliki Gen Psikopat yang tidak memiliki neuron cermin sehingga dia tidak merasakan sakit hati yang dialami orang lain.

Pelaku dengan gen psikopat itu juga tidak dapat merasakan perasaan lain seperti rasa bersalah, simpati, kasih sayang, atau penyesalan.

5. Diarahkan oleh sutradara dan penulis skenario terbaik
Drama Korea Mouse disutradarai oleh Choi Joon Bae, yang sukses menyutradarai drama Korea Come and Hug Me dan The King's Daughter, Soo Baek-Hyang. Sedangkan skrip Mouse ditulis oleh Choi Ran, yang sukses menulis drama Korea Black dan God's Gift - 14 Days.

Drama Korea Mouse tayang setiap hari Rabu dan Kamis, dan Anda bisa menyaksikannya di berbagai layanan streaming online legal.

Share:

Minggu, 14 Juni 2020

PKOR Way Halim Punya Spot Foto Isntagramable



Sejak memutuskan untuk tidak lagi berdomisili di Bandar lampung,  ternyata Spot foto Instagramable di Bandar Lampung semakin banyak. Salah satunya gedung Pasar Seni di Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim. Spot foto Pasar Seni di PKOR Way Halim terdapat beberapa bangunan warna-warni berjejer dengan bentuk atap seperti segitiga.

Gedung terletak dekat pintu masuk utama PKOR tersebut digandrungi banyak orang terutama kalangan milenial sekadar berswafoto lalu diunggah di media sosial seperti Instagram.

Hanya saja sayangnya dengan fasilitas yang sudah dibuat oleh pemerintah, harus dimanfaatkan oleh orang lain. Ada penarikan uang parkir liar yang disertai karcis buatan.

Aku tipe orang yang ga suka debat masalah parkir ya woles aja sih. Apalagi hanya dengan harga 2000 doang sih gak masalah.

Semoga pemerintah daerah melihat kondisi tersebut, bahwa fasilitas public seperti ini tidak seharusnya dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

SDM, 14/6/20

Share:

Rabu, 01 Januari 2020

Tahun 2019 yang tidak menyenangkan



Tahun 2019 yang tidak menyenangkan....

Saya bisa bilang begitu, karena ditahun ini saya merasakan stress yang tinggi. Merasakan menjalani hari dengan segala kutukan. Kutukan terhadap semesta, mengapa harus menjalani hari-hari yang begitu berat. 

Ingin hilang saja, menjauhi semua manusia. Kecewa, marah, sedih, frustasi dan tercabik-cabik. 

Tapi setelah melihat kembali catatan diari saya, itu hanya fase yang akhirnya saya lewati. Hanya sebagian fragmen yang saya alami selama satu tahun ini. 

Sisanya? Hal-hal yang menyenangkan. Rezeki yang selalu bisa saya syukuri. Bisa jalan-jalan. Punya teman dan keluarga yang support. Menang nominasi perlombaan. Bertemu dengan orang-orang yang menikmati karya. 

Hal-hal yang jauh lebih besar dan banyak dibanding yang tidak menyenangkan. Ternyata semudah itu kita bisa buta sebelah mata dan melihat yang buruk saja. Sibuk meratapi satu dan lupa mensyukuri yang seribu.

Moga tahun 2020 ini Allah tetap ngasih saya hati yang tenang. Betapapun tidak tertebaknya takdir yang Dia berikan. 

Selamat Tinggal 2019!
Selamat Datang 2020! 

Sidomulyo, 1 Januari 2020
12.11 PM 
Share:

Selasa, 08 Oktober 2019

Throwback "Jadi Santri"

Foto : Teman Satu Angkatan versi now

Tahun 2007, selepas lulus SD, saya "dibuang" orang tua ke pondok pesantren. Disana saya menemukan jati diri dan menemukan arti sebuah perjuangan. 

Hampir semua hal yang saat ini saya butuhkan untuk hidup dan menjadi manusia, saya pelajari di pondok. Bukan hanya belajar agama dan sekolah umum. Disana juga saya belajar menjadi individu yang dapat bertahan hidup serta berjuang dalam kompetisi. Berusaha agar tidak berada di lantai dasar dan berjuang di puncak piramida kehidupan. 

Ketika dipondok, semua serba antri. kalau datang terlambat ke ruang makan, siap- siap saja untuk mendapatkan sisa-sisa makanan. Lalu bertahan menahan lapar yang tidak terobati hingga di waktu makan berikutnya. Mandi pun harus antri, kalau sial bisa terlambat ke masjid dan berangkat sekolah. Tidur dan istirahat dengan waktu yang terjadwal dan terbatas. Semua serba terbatas, dari stok makanan, sabun hingga uang jajan. Sebab, dalam seminggu ada jumlah uang minimal yang diperbolehkan saya pegang. Sisanya kemana? dititipkan ke ustadzah. Dulu saya tidak mengerti mengapa harus ada peraturan menitipkan uang? ternyata ini salah satu cara agar kami tidak boros dan menghindari kehilangan. 

Di tengah keterbatasan itu, kreativitas menjadi kata kunci untuk izin ke asrama ketika jam kosong dikelas. atau keluar kelas lebih cepat hanya untuk mencuri waktu tidur sebentar, antri ke ruang makan, menjejer gayung dan alat mandi yang mengantri di depan pintu "Hamam". 

Saya tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dalam seni mempertahankan diri. Mencari solusi atas segala permasalahan, baik terhadap diri sendiri yang "bebal" sekali dalam menghafal, berkonflik dengan teman seasrama, pelanggaran ketika tidak menggunakan bahasa resmi pondok, kabur melompati pagar pondok atau terlibat dalam cerita cinta segitiga ala anak remaja. 

Saya terlatih untuk mencari celah, hingga membuat "gelombang iman" jika hal-hal berat datang. Hidup bersosialisasi 24 jam sehari, makan bareng hingga tidur berjamaah, hingga mengalami ujian selama sebulan. Semua saya jalani hingga 6 tahun tanpa merasa menyesal. 

Maka makna menjadi santri bagi saya tidak hanya belajar ilmu agama saja. Lebih dari itu, santri adalah mereka yang hidup dan belajar setiap hari mengalahkan dirinya, egonya, melawan keterbatasan, menerobos segala rintangan dan keluar dari zona nyaman. Agar hidup bisa dilanjutkan dan menjadi bermanfaat bagi orang lain. 

Saya bersyukur, pernah mondok, melewati hari-hari berat menjadi santri. Dan menemukan persaudara yang terbentang luas, lalu merindukannya.... 

Sidomulyo, 8 Oktober 2019 
Pukul 7.10 PM  

Share:

Jumat, 04 Oktober 2019

Negeri ini sakit, pendidikan bisa apa?

Suatu ketika aku pernah bertanya pada seseorang. Hal yang aku tanyakan tentang peranan pascakampus. Setiap diri memiliki peran masing-masing untuk memasuki kehidupan selanjutnya. Kehidupan setelah menjadi ‘maha’ siswa.
“Setiap dari kita apa harus memiliki peranan di ranah politik? Karena kita tahu kondisi negeri ini, sedang tidak baik-baik” ujarku menyela pembicaraan yang awalnya ringan.
 Ia terdiam sejenak lalu mulailah ia menjelaskan.
"Tidak semuanya harus ke ranah politik, setiap diri memiliki bidangnya masing-masing. Bidang apapun itu tetaplah membawa visi seperti orang dulu. Contohnya saja Ki Hajar Dewantara, memiliki visi perubahahan dalam pendidikan. Bisa demikian bukan? Visilah yang membuat seseorang untuk terus melangkah” ujarnya dengan tenang. 
Jika dirasa seseorang bingung pascakampus, aku rasa ia belum menetapkan visinya dalam kehidupan. Sebab pekara pascakampus bukan hanya gaji atau kekuasan semata.
Melihat kenyataan yang terjadi beberapa pekan belakangan, bangsa ini memang sakit. Untuk terjun langsung atau berdemo tak memungkinkan bagiku. Sebagai perempuan, aku juga ingin berperan dalam pendidikan. Lantaran perempuan juga memiliki hak mendapat ilmu dan mengajarkan untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa. 
Alasannya bukan karena tuntutan sarjana pendidikan dan alasan perempuan sebagai madrasah pertama dalam keluarga. Tapi sebagai manusia, kita memiliki kewajiban untuk menjadi manusia yang memanusiakan manusia. Menjadi agen perubahan dalam lingkungan disekitar. 
Maka perempuan dalam dunia pendidikan memiliki peranan yang penting. Menjadi pendidik dan teman untuk anak-anak didiku, aku memiliki visi agar kelak mereka menyenangi membaca dan menulis. Sebab, bagi mereka kedua hal tersebut menyulitkan. Saat ini yang mampu aku lakukan hanya itu. Jika ini mimpi yang terlihat muluk-muluk, biarlah...
aku hanya paham pendidikan dapat merubah keadaan seseorang menjadi lebih baik.
Hingga aku tidak menyesal, atas jalan yang ku tempuh... 
Lampung Selatan, 4 Oktober 2019
Pukul 09.24 PM 

Share:

Senin, 02 September 2019

Takut Sendirian

Lokasi : Masjid Taqwa Metro

“Kalau takut gelap, kamu tinggal bawa senter. Kalau takut tersesat, kamu tinggal pakai ojek atau online gmaps. Kalau takut diculik, kamu tinggal waspada ketika memilih lokasi wisata atau menyimpan nomor polisi untuk panggilan darurat.”

“Sayangnya, setelah dipikir-pikir, aku nggak takut itu semua. Jadi solusi yang kamu tawarkan nggak berguna. Gelap mah nggak papa asal sama-sama. Aku juga nggak takut tersesat–toh sudah sering. Tersesat itu sebutan ketika sendiri. Kalau tersesat berdua namanya berpetualang. Aku juga nggak takut diculik. Aku yakin penculik nggak punya alasan bagus untuk membawaku kemanapun."

Tapi aku takut sendirian.

"Pengen pergi, tapi takut. Tapi pengen pergi.” kataku bicara sendiri.

“Tau nggak cara biar nggak takut sendirian?” tanyaku.

“Cari orang lain, terus kenalan dan jadiin dia bukan orang lain lagi.


Yang hari ini kamu sebut teman, dulunya bukan siapa-siapa kan?

Refleksi pasca ketemu polisi dimana mana
Lampung Selatan, 2 September 2019 | 08.15 PM 
Share: